Mungkin sudah agak telat tapi kali ini saya akan menceritakan pengalaman saya menonton
konser band post – hardcore di Jakarta, Indonesia. Tanggal 30 Januari 2014 kemarin The
Devil Wears Prada mengadakan konser perdananya di parkir kolam renang senayan
(gbk), Jakarta untuk acara Hollow Fest 2014. Saya cukup terkejut karena ketika
saya datang itu pukul 19.00 suasana konser masih sepi, diperkirakan The Devil
Wears Prada akan memulai konser pukul 8.18 malam sesuai dengan judul album
terbarunya “8.18”. Pada saat itu ada 3 band pembuka (band Indonesia) yang
sedang perform di panggung. Karena saya
tidak mengenal dan belum mendengar musik mereka, saya hanya duduk di rumput –
rumput belakang di sisi kanan dan menghadap ke panggung, menunggu hingga The
Devil Wears Prada hadir dan tampil.
Saya cukup sedih karena hanya sedikit penonton yang berdiri
di depan panggung untuk menonton band – band pembuka itu. Saya bertanya –
tanya, apakah ini kesalahan management promotor atau memang yang menonton
sedikit ya? Sepanjang saya menonton band post – hardcore (luar) suasana konser
tidak sesepi ini. Waktu itu, tanggal 9 maret 2012 saya menonton konser A Day To
Remember dan Underoath di plaza selatan senayan (gbk), Jakarta. Bahkan konser A
Day To Remember band pembukanya Underoath (band luar). Walaupun banyak penonton
yang datang untuk menonton A Day To Remember tapi mereka cukup menghormati
Underoath yang sedang perform, mereka tetap berdiri dan menyaksikan Underoath
perform, bahkan mereka sangat menikmati, walau mereka tidak sing along dengan
vokalistnya tetapi mereka melakukan “moshing” semacam ritual yang biasa
dilakukan pada saat menonton konser band yang genre nya seperti post –
hardcore, hardcore, metal, metalcore,dll.
Kemudian saya ingat, pada tanggal 19 februari 2013 saya
menonton Atomic Festival, sebuah acara konser yang menampilkan band – band post
– hardcore (luar). Band – bandnya diantaranya “Woe, is me”, “Chunk! No Captain
Chunk!”, “Memphis May Fire”, “Sleeping With Sirens”, dan “Pierce The Veil”.
Acara festival ini menurut saya sukses, saya sangat menikmatinya dan berkesan
hingga sekarang. 3 band yang aslinya personilnya saling berteman yaitu “Memphis
May Fire” “Sleeping With Sirens” dan “Pierce The Veil” bisa satu panggung! Saya
yakin, penonton banyak yang menghadiri acara ini karena 3 band itu ada di line
up Atomic Festival.
Kembali lagi ke Hollow Fest 2014, akhirnya kira – kira pukul
21.00 (saya lupa tepatnya pukul berapa) The Devil Wears Prada tampil.
Bayangkan, The Devil Wears Prada band utamanya, penonton tidak banyak yang
hadir. Semua pengunjung yang tadinya duduk – duduk kini semua berdiri dan
memenuhi depan panggung. Walau semuanya sudah berada di depan panggung tetapi
menurut saya konser ini terbilang sepi, walau tidak sesepi ketika pas “Woe, is
me” konser waktu itu. Saya berusaha untuk menikmatinya, hingga lagu ke 5
penonton tidak ada yang melakukan moshing! Saya bertanya – tanya dalam hati,
“konser macam apa ini? Apa penonton tidak benar – benar menyukai The Devil
Wears Prada?” Hingga akhirnya “Outnumbered”
di mainkan dari ep: Zombie 2010 (itu kira – kira lagu ke6 yang dimainkan),
penonton baru terlihat bersemangat dan terlihat beberapa orang melakukan
moshing. Konser baru mulai memanas dan pecah pada saat 3 lagu terakhir “Danger:
Wildman”, “Dead Throne” dan “Mammoth”. Saya rasa cukup terlambat ya suasana
baru menggila ketika konser sudah mulai berakhir, semestinya konser mulai menggila
sejak lagu pertama dimainkan. Dan saya agak menyayangkan, The Devil Wears Prada
kurang berinteraksi dengan penonton! Waktu Underoath dan A Day To Remember
konser mereka cukup ramah, bahkan A Day To Remember ketika menyanyikan 2 lagu
terakhir (kalau tidak salah) sebelumnya mereka mengganti bajunya menjadi
memakai baju bali!
Mereka ramah sekali. Dan ketika Atomic Festival, semua band
banyak melakukan interaksi dengan penonton, seperti “Woe, is me” di lagu
terakhir, mereka menyuruh semua penonton untuk duduk hingga vokalistnya
menyuruh untuk lompat dan berdiri sesuai dengan aba – aba dari vokalistnya.
Bahkan vokalist “Sleeping With Sirens” menceritakan ke penonton sebuah jokes
(yang bagi saya tidak lucu).
Saya harap konser – konser band post – hardcore di Indonesia kedepannya dapat berkesan seperti konser A Day To Remember dan Atomic Festival.