Beberapa hari yang lalu ketika
saya sedang berkumpul dengan teman – teman disuatu komunitas, saya mengobrol
dengan salah satu teman baru saya, kami asyik membicarakan film hingga teman
baru saya itu memberikan saran untuk menonton film The Lobster. Dan memang
kebetulan saya belum menonton film itu. Saya penasaran dengan film itu karena
ia bilang filmnya lucu, ada comedynya. Kemarin hari minggu saya tontonlah
filmnya. Setelah saya menonton film, saya bertemu dia lagi, saya bertanya,
“lucunya dimana? Gak lucu ah..”
The Lobster rilis pada tanggal 15
Mei 2015 (Cannes Festival) dan hingga sekarang belum tayang di Indonesia. Perlu
diketahui, The Lobster ini bukan “light movies” The Lobster adalah film
festival yang membuat anda berpikir bukan film yang dibuat untuk anda merasa
terhibur, terharu, dll. Awalnya film ini terasa aneh karena David (Colin
Farrell) dibawa ke sebuah hotel dimana ada sebuah peraturan ia diberi waktu 45
hari untuk mencari pasangan, jika tidak mendapat pasangan maka David akan
berubah menjadi binatang, David memilih menjadi lobster. Peraturan selanjutnya
yang aneh, di hotel tersebut tamu dilarang masturbasi. Untuk mencari pasangan,
tamu hotel harus mempunyai kesamaan dengan orang yang akan dijadikan pasangan.
Sehingga terlihat setiap tamu hotel harus berpura – pura hingga dia mendapatkan
pasangan. Dan untuk memperpanjang waktu mereka di hotel, tamu hotel dapat
memburu “The Loners” di hutan. Masih belum terasa aneh guys? Lihatlah hukuman
yang diberikan oleh pihak hotel seperti jika tamu hotel melakukan masturbasi
maka tangannya akan dibakar dipanggangan roti, jika “The Loners” melakukan
ciuman atau bersenggama dengan The Loners lainnya maka akan mendapat hukuman “Red
Kiss” / “Red intercourse”. Terlalu
banyak peraturan dan sangat ganjil. Bahkan dialog – dialog pada The Lobster
terasa dibuat – buat.